Ringkasan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Juli 2018

  JAKARTA -- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Juli 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 5,25%, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,50%, dan suku bunga Lending Facility tetap 6,00%.

Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi sehingga dapat menjaga stabilitas, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah.Pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia diyakini dapat meningkatkan fleksibilitas manajemen likuiditas dan intermediasi perbankan bagi pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia juga meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas dan implementasi reformasi struktural untuk menurunkan defisit transaksi berjalan, termasuk peningkatan devisa pariwisata dan pembiayaan infrastruktur oleh swasta.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian baik domestik maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga daya tarik pasar keuangan domestik.

Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi, di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. Ekonomi AS diprakirakan tumbuh tinggi dengan inflasi yang semakin meningkat, sementara pertumbuhan ekonomi Eropa terindikasi tidak sekuat prakiraan sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga belum meningkat.

Dinamika ekonomi dunia tersebut mendorong perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dan harga komoditas. Dengan inflasi yang meningkat, the Fed diprakirakan akan melanjutkan kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok meningkatkan risiko di pasar keuangan global serta risiko keberlanjutan pemulihan ekonomi dunia.

Berbagai perkembangan tersebut telah mendorong penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia termasuk Rupiah. Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi juga mengakibatkan berlanjutnya pembalikan modal dari emerging market.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 diprakirakan tetap baik didukung oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan terjaga didukung stimulus fiskal, perbaikan pendapatan, inflasi yang terjaga, serta kenaikan keyakinan konsumen menengah atas.

Investasi diprakirakan tetap kuat, yang tidak hanya didukung oleh proyek infrastruktur, tetapi juga oleh proyek noninfrastruktur, baik di investasi bangunan maupun di investasi nonbangunan. Kuatnya permintaan domestik mendorong kenaikan pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal seperti alat angkut, mesin, peralatan dan suku cadang.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor terindikasi tidak sekuat prakiraan dipengaruhi tren harga komoditas global yang menurun. Prakiraan net ekspor yang tidak sekuat prakiraan sebelumnya mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi 2018 yang diprakirakan mendekati batas bawah kisaran proyeksi 5,1-5,5%.

Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 mencatat surplus didukung surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas terutama karena turunnya impor nonmigas seperti impor mesin dan pesawat mekanik, mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, plastik dan barang dari plastik, serta bahan kimia organik. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas yang menurun dipengaruhi meningkatnya ekspor yang disertai menurunnya impor migas.

Perkembangan ini kemudian mendorong neraca perdagangan Juni 2018 mencatat surplus US$1,7 miliar , setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit US$1,5 miliar. Secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan pada Juni 2018 dapat mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan yang diprakirakan meningkat padakuartal II/2018.

Secara keseluruhan untuk tahun 2018, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap berada dalam batas yang aman yaitu tidak melebihi 3,0% dari PDB. Dengan kondisi tersebut, posisi cadangan devisa pada Juni 2018 tercatat US$119,8 miliar, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Nilai tukar Rupiah melemah terbatas akibat berlanjutnya penguatan dolar AS secara global. Rupiah menguat di awal Juli 2018 sebagai respons positif pelaku pasar atas kebijakan moneter BI yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve pada RDG Juni 2018 yang menaikkan BI7DRR sebesar 50bps. Respons tersebut mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan, khususnya Surat Berharga Negara sehingga mendorong penguatan Rupiah.

Tekanan terhadap Rupiah kembali meningkat seiring kuatnya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian memicu penguatan dolar AS secara meluas. Rupiah pada 18 Juli 2018 tercatat Rp14.405 per dolar AS, sedikit melemah 0,52% (ptp) dibandingkan dengan level akhir Juni 2018.

Dengan perkembangan ini, Rupiah melemah 5,81% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2017, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara berkembang lain seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil dan Turki.

Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan. Kebijakan tetap ditopang oleh strategi intervensi ganda dan strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang Rupiah dan pasar swap antarbank.

Inflasi tetap terkendali didukung oleh ekspektasi yang terjaga dan pasokan yang stabil. Inflasi IHK pada Juni 2018 tercatat 0,59% (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,21% (mtm). Peningkatan dipengaruhi faktor musiman terkait kenaikan permintaan di Hari Raya Idul Fitri. Meskipun meningkat, inflasi IHK Juni 2018 secara historis lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi IHK pada periode Idul Fitri dalam empat tahun terakhir yang sebesar 0,81% (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat turun dari 3,23% (yoy) pada bulan lalu menjadi 3,12% (yoy). Inflasi yang terkendali didukung inflasi inti yang stabil sejalan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar Rupiah agar sesuai dengan fundamentalnya.

Selain itu, inflasi volatile food tercatat lebih rendah dibandingkan dengan pola historis inflasi volatile food pada periode Idul Fitri, didukung oleh pasokan yang memadai. Sementara itu, inflasi administered prices meningkat, terutama akibat kenaikan inflasi angkutan udara dan angkutan antar kota sesuai pola musiman di periode Idul Fitri.

Ke depan, inflasi 2018 diperkirakan berada di sekitar angka tengah sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5%±1% (yoy). Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Pusat-Daerah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi akan terus diperkuat.

(Fajar Sidik)


LINK : http://finansial.bisnis.com/read/20180719/11/818379/ini-ringkasan-rapat-dewan-gubernur-bank-indonesia-juli-2018
Published on 2018-07-20 08:54:46 (GMT +7)

Global Info Regional

Global Info Currency

Global Info Commodity

Links

INFO

PT. Waterfront Sekuritas Indonesia
Memberikan layanan atas transaksi
Repurchase Agreement (REPO)"
PT. Waterfront Sekuritas Indonesia Terdaftar dan Diawasi Oleh





INFO TERBARU
Mulai 26 november 2018 , Penyelesaian transaksi bursa di pasar reguler menjadi 2 hari bursa (T+2)